Etika Seorang Pedagang Kecil

Pengantar
Sebelum saya membaca dan menguraikan hasil pembahasan saya tentang tugas yang berhubungan dengan mata kuliah Etika Bisnis, saya mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan-Nya hingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dari awal hingga selesai. Sedikit gambaran tentang pembahasan saya adalah menceritakan tentang pengalaman saya yang telah berlalu yaitu pengalaman saya ketika berbelanja kepada pedagang kaki lima di Pasaraya yang sampai sekarang masih saya ingat hingga topik ini dapat saya angkat sebagai pembahasan dalam mata kuliah Etika Bisnis. Karena menurut saya pengalaman ini sangat erat hubungannya dengan mata kuliah yang sedang kita pelajari sekarang. Selain membahas tentang Etika Bisnis, ini juga pengalaman yang menurut saya sangat berarti dan berharga. Oleh karena itu, saya memohon partisipasi dan dukungan teman-teman semua agar apa yang saya ceritakan ini dapat memperbaiki moral-moral kita agar semakin lebih baik lagi di masa yang akan datang. Dan satu hal lagi, saya tidak lupa berterima kasih kepada Bapak RUSHENDI ABBAS, SE sebagai dosen mata kuliah Etika Bisnis yang telah memberi saya tugas untuk menyelesaikannya dengan baik, serta kepada teman-teman semua yang telah mengambil bagian dalam penyelesaian tugas masing-masing. Demikianlah sambutan dari saya, selamat membaca dan akhir kata saya ucapkan Terima Kasih.

ETIKA SEORANG PEDAGANG DI PASARAYA

Pada suatu hari, sekitar pukul 09.00 wib saya pergi manawar barang sambil keliling-keliling di Pasaraya. Tujuan saya keliling adalah untuk memilih apa yang cocok untuk kaos kaki di kampus. Setelah keliling pasaraya, saya memutuskan untuk menawar barang kepada seorang anak muda yang kebetulan salahsatu jualannya adalah kaos kaki. Sosok anak muda ini adalah rambutnya agak sedikit memanjang ke bawah, badanya lumayan besar dan kekar, kemudian tingginya sekitar 170 cm, wajahnya juga sedikit menyeramkan, tentunya dia lebih tua, dan lebih tinggi dari saya.
Setelah sampai di depan barang jualannya, saya memutuskan untuk membeli di sini saja karena sudah capek keliling-keliling. Sambil memilih kaos kaki yang saya sukai, saya bertanya kepada pemuda ini:

Saya             : “Kaos kaki yang ini, harganya berapa bang?” sambil memegang kaos kaki.
Pedagang     : “ Oh, yang itu,.. 20 ribu aja diak…” ujarnya sambil menggarut kepalanya.
Saya             : “ Apa harganya gak bisa turun lagi ne?”
Pedagang     ; “Itu harga pas dek…..,” katanya dengan nada lembut
Saya             : “ Gimana kalau 10 ribu saja bang…..?”
Pedagang     : “Gini aja, adek mau ngambil berapa pasang?” sambil memegang kaos keki tersebut.
Saya             : “Cukup satu pasang saja bang.. Gimana bisa gak 10 ribu saja?” Tanya saya.
Pedagang     :” Karena masih pagi, abang kasih 15 ribu ajalah ya…! pacah talua selah abang kasih ya…! Di mana-mana juga seperti begitu harganya dek…! kalau adek tidak percaya coba saja tanya ke pedagang sebelah…! Pasti sama.” katanya dengan nada yang halus.

Setelah dia mengatakan seperti begitu, saya menoleh ke sebelah kiri dan kanan saya. Ternyata di daerah tempat ia berjualan itu dikelilingi oleh penjual mainan anak-anak dan penjual barang lainnya, sementara itu hanya dia sendiri pedagang yang menjual kaos kaki. Sebenarnya tujuan saya ingin menawar ke padagang kaos kaki yang lain, tapi ternyata tidak ada lagi pedagang kaos kaki yang lain selain dia di tempat itu. Mau menawar ke padagang kaos kaki lainnya, tapi malas karena agak sedikit jauh dati tempatnya. Bisa dikatakan dari ujung ke ujung.
Melihat sikapnya yang ramah dan sopan, saya tidak mau berbasa-basi lagi, akhirnya saya memutuskan untuk membeli kaos kaki tersebut dengan harga Rp 15.000.

Setelah sampai di kost, saya ditanyai seorang teman namanya Rio. Badanya lebih besar dari saya, dan hampir mirip dengan postur tubuh pedagang kaki lima yang tadi. Tapi sayangnya Rio tidak berrambut panjang.
Rio : “Yason, berapa harga kaos kaki ini tadi?”
Saya : “ 15 ribu di pasar” ujar saya
Rio : “Kok mahal banget?” dengan nada sedikt kaget
Saya : “ Ia, emang segitu harganya saya beli”
Rio : “kalau begitu, kamu sudah tertipu sama orang yang jual kaos kaki ini. Aku aja beli dua hari yang lalu harganya Cuma 5 ribu rupiah. Mereknya sama lagi...!

Setelah mendengar ucapan dari teman saya tadi, saya benar-benar merasa sudah tertipu oleh padagang kaki lima itu. Tujuan saya ingin mengembalikan barang itu tapi sudah tidak bisa lagi karena segelnya sudah terbuka sehingga tidak ada lagi alasan untuk mengembalikannya. Dengan berat hati saya menerima apa yang telah diperbuat oleh pedagang itu kepda saya.

Ilustrasi di atas merupakan bagian dari Etika seorang pedagang yang tidak patut dicontoh karena pengaruh dari perlakuan seperti ini sangat besar bagi pedagang, dan tentunya para konsumen tidak manginginkan hal yang demikian karena dapat merugikan konsumen itu sendiri. Sikap padagang seperti ini akan membawa dampak negative kepada para konsumen. Salah satunya adalah: Konsumen tidak akan belanja lagi pada dia (pelaku usaha) setelah mendengar dan mengalami hal yang seperti itu, dan mungkin rejekinya juga akan berkurang. Permasalahan ini memang sangat tidak berarti sekali bila dipikirkan, tapi salah satu faktor penghambat pertumbuhan usaha kita adalah hal-hal yag seperti begini. Selain melanggar etika bisnis, etika dalam hubungan sosial, dan dalam beragama pun ini sangat dilarang.

Bila saya perhatikan, alasan orang pedagang tesebut menipu saya adalah
• Mungkin karena badannya lebih besar dari saya,
• Mungkin Karena perlakun saya terlalu lembut untuk menawar barang tersebut, atau
• Mungkin karena baru melihat saya berbelanja di tempatnya

Cerita di atas adalah merupakan pengalaman saya yang pernah terjadi ketika saya berbelanja di Pasaraya. Dan penglaman ini akan saya kenang untuk bekal dimasa yang akan datang. Selain itu pengalaman ini juga dapat saya jadikan sebagai bahan pembicaraan saya di pembahasan tugas mata kuliah Etika Bisnis. Oleh karena itu, pesan saya kepada teman-teman semua, bila anda mendapat rejeki kelak di masa yang akan datang, baik sebagai pedagang besar maupun kecil, atau jadi apapun yang penting sudah memiliki Job. Janganlah tiru sikap orang yang seperti ini karena kita dididik untuk menjadi generasi yang tumbuh berkualitas dan menjadi contoh di tengah-tengah banyak orang.

Penutup
Demikianlah ilustrasi dari saya dan semoga cerita ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan kita semua. Harapan saya adalah semoga cerita di atas tidak terulang lagi bagi saya dan bagi kita semua, dan menjadi pedoman kita dalam pengambilan langkah-langkah yang akan kita tempuh di masa yang akan datang. Karena bila sikap ini dipelihara, maka pertumbuhan ekonomi yang ada di Negara ini akan semakin memberi dampak yang lebih buruk lagi bagi kita semua. Mulai dari pengusaha berskala kecil, menengah maupun pengusaha berskala besar, dan bisa juga kepada yang berprofesi apapun itu. Dan kemudian saya mohon partisipasi dari teman-teman semua baik dalam bentuk saran maupun dalam bentuk kritik yang bertujuan membangun moral kita dalam ber-etika. Baik di dalam usaha, maupun di dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan bila ada kesalahan saya, baik dalam penulisan teks, nama atau yang lain-lainnya mohon dimaafkan karena saya masih butuh banyak bimbingan dari orang-orang yang ada di sekitar saya, termasuk teman-teman dan dosen-dosen kita. Akhir kata saya ucapakan terima kasih.

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. YASON WARUWU - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger